SENJATA LENGKAP
Senjata
Para Pemenang
Judul bab ini mirip iklan yang sering kita
lihat di berbagai media yang menawarkan barang yang sangat menjanjikan. Dengan
mendengar ungkapan “Senjata para pemenang” seolah mengisyaratkan kita untuk
menghadapi perang yang sengit dan menjanjikan untuk memperoleh kemenangan.
Judul ini lebih dari sekedar iklan. Hal ini
merupakan maklumat bagi kita agar kita memiliki senjata ini. Senjata ini Tuhan
tawarkan kepada setiap orang, siapa saja yang mau memperolehnya.
Disadari atau tidak, memang kita sedang dalam
perang. Kita berperang setiap hari dalam hidup kita. Selain kita harus
memerangi dengan langsung musuh utama kita, yaitu iblis, kita juga harus
memerangi berbagai hal yang mengancam hidup dan kehidupan kita di bumi ini.
Kita harus memerangi kebodohan kita, penyakit,
kemiskinan, dan lain sebagainya. Kita juga harus memerangi berbagai hal dalam
diri kita sendiri, antara lain: sikap kita, karakter kita, pikiran kita,
kehendak dan kemauan kita sendiri.
Mustahil seseorang bisa memenangkan peperangan
dalam hidupnya tanpa memiliki dan menggunakan senjata perang yang Tuhan
sediakan.
Tuhan telah menawarkan senjata-senjata yang
kita perlukan untuk kita gunakan mirip dengan senjata perang yang dimiliki oleh
angkatan perang sebuah kerajaan, antara lain: Ikat pinggang (sabuk), bajuzirah
(baju baja), kasut (sepatu), perisai, ketopong (helmet), dan pedang Roh.
Laksana angkatan perang yang maju dalam medan
perang harus memakai perlengkapan senjata perang, demikian jugalah kita sebagai
orang percaya – pasukan perang Kristus, haruslah memakai senjata perang yang
Tuhan telah sediakan dan berikan kepada kita bila kita ingin memperoleh
kemenangan. Dengan perlengkapan perang yang Tuhan sediakan dan berikan kepada
kita pastilah kia berkemenangan asal kita menggunakannya sesuai aturan dan cara
yang ada dalam buku panduannya, yaitu Alkitab.
Senjata Pertama:
Ikat
Pingang - Kebenaran
Agar kita bisa berkemenagan dalam peperangan
hidup kita Tuhan mengajarkan kepada kita agar kita senantiasa berikatpinggakan kebenaran.
Apa maksudnya ber-ikatpinggakan kebenaran? Kita harus
mengandalkan kebenaran yang Yesus telah berikan kepada kita. Hanya kebenaran
yang Yesus Kristus telah berikanlah yang layak kita andalkan dalam hidup ini.
Yesus Kristuslah kebenaran. Tak seorang pun
manusia yang memiliki kebenaran dari dirinya sendiri. Sebab manusia telah jatuh
dalam dosa. Kita sebagai manusia menjadi layak dan benar di hadapan Tuhan
karena Yesus Kristus telah membenarkan kita. Kebenaran yang kita miliki adalah
kebenaran karena kita percaya kepada Yesus Kristus. Di luar Yesus Kristus pasti
tidak ada kebenaran.
Percaya kepada Yesus Kristus berarti berserah
diri sepenuhnya kepada-Nya. Yesus Kristuslah yang berkuasa penuh atas hidup
kita. Yesus Kristuslah di dalam Roh yang bekerja di dalam kita.
Kita melakukan apa yang Yesus Kristus katakan
kepada kita. Seperti dikatakan oleh Rasul Paulus, “namun aku hidup, tetapi
bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman
dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”
(Galatia 2:20).
Dalam hal ini jelaslah bahwa hidup yang kita
hidupi ini adalah oleh kebenaran Yesus Kristus. Itulah yang dimaksudkan dengan
berikatpinggangkan kebenaran.
Berikatpinggangkan kebenaran berarti kita
melakukan seluruh aktivitas kita sesuai dengan apa yang Tuhan katakan kepada
kita melalui Firman-Nya, dan tuntunan Roh Kudus yang ada dalam kita.
Roh Kudus mengetahui segala sesuatu bahkan
segala rencana Allah atas hidup manusia. Allah menyatakannya melalui Rasul
Paulus, “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh
menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah”
(1 Korintus 2:10).
Senjata
Kedua:
Bajuzirah
– Keadilan
Setiap orang yang berlaku adil dalam hidupnya
berarti ia secara otomatis terlindung pada bagian tubuhnya karena dia
mengenakan bajuzirah yang memang berfungsi melindungi bagian tubuh manusia.
Keadilan berarti tidak terlepas dari hak,
hukum, peraturan, keputusan, dan penghukuman. Setiap orang dinilai dengan hukum
yang berlaku di lingkungannya. Jika seseorang ternyata syah melanggar hukum
atau aturan yang berlaku maka ia patut dijatuhi hukuman.
Namun keadilan yang dimaksud sebagai
bajuzirah bukanlah keadilan yang disepakati oleh manusia. Keadilah yang
berlangsung dalam hidup manusia haruslah kehendak Allah dan
perbuatan-perbuatan-Nya.
Manusia tidak bisa bersikap adil. Hanya
Tuhanlah yang adil. Memang demikianlah adanya, seperti dinyatakan oleh para
nabi dan para rasul-Nya. Pemazmur Daud menyatakan, “Keadilan dan hukum adalah
tumpuan tahta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu” (Mazmur 89:15).
Pewahyuan melalui Yohanes juga menyatakan,
“Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa” (Wahyu 15:3). Yang
terpenting dalam keadilan adalah keadilan Tuhan yang dihubungkan dengan
penebusan.
Tuhan memenuhi janji-Nya sendiri akan
penyelamatan walaupun sesungguhnya manusia tidak layak untuk menerimanya. Rasul
Yohanes menyatakan bahwa Allah adil sebab Ia mengampuni dosa-dosa kita, “Jika
kita mengaku dosa-dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1
Yohanes 1:9).
Saudaraku yang dikasihi oleh Kristus Yesus. Jadi
keadilah yang kita dambakan adalah keadilan Allah dalam Yesus Kristus yang
telah menebus kita sesuai dengan janji-Nya. Hal inilah keadilan yang
dimaksudkan yang digunakan oleh setiap orang percaya menjadi senjata, yakni
berbajujirahkan keadilan. Perlindungan oleh Kristus Yesus.
Senjata
Ketiga:
Kasut
(sepatu) – Kerelaan Memberitakan Injil Damai Sejahtera
Bila kita memang sungguh memahami maksud
Firman Tuhan mengenai nats yang berbunyi berkasutkan kerelaan memberitakan
Injil Damai Sejahtera itu tentu saja kita tidak cukup hanya percaya kepada
Tuhan lalu kita tinggal tenang saja dan masuk surge. Tentu saja tidak demikian.
Kita harus sungguh meneliti dan mempelajari
Firman Tuhan yang ada dalam Injil menerapkannya dalam kehidupan kita sehingga
kita menguasainya dengan baik. Setelah kita mengalaminya dalam hidup kita maka kita
dapat beritakan kepada orang lain.
Setiap orang percaya wajib memberitakan Injil
kepada orang lain, khususnya kepada orang-orang yang masih terhilang. Dan kita
harus memberitakan Injil dengan kerelaan. Dengan kerelaan memberitakan Injil
Damai Sejahtera merupakan senjata bagi kita untuk melindungi bagian tubuh kita
yang paling bawah yaitu kaki kita. Itulah janji Tuhan dalam Firman-Nya yang
harus kita raih dalam hidup kita.
Kerelaan memberitakan Injil Damai Sejahtera
berarti kesediaan dengan ikhlas hati memberitakannya tanpa motivasi uang. Untuk
itulah kit perlu dengan sungguh memahami maksud Firman Tuhan. Bukan berarti
kita dilarang untuk memperoleh upah. Tuhan maha mengetahui. Dia lebih
mengetahui tentang segala kebutuhan dan keinginan kita dari pada kita sendiri.
Jika anda melakukan pekerjaan pemberitaan
Injil Damai Sejahtera dengan motivasi yang salah berarti anda bisa kehilangan upah
dan perlindungan yang Tuhan telah sediakan. Mungkin segala sikap perilaku kita
bisa saja kita sembunyikan terhadap orang, tetapi tidak di hadapan Tuhan. Tuhan
yang mengenal hati kita. Dia bisa mengetahui sikap dari hati kita.
Memberitakan Injil merupakan tugas setiap
orang percaya. Oleh karena itu setiap orang percaya haruslah meneliti dan
mempelajari Firman Tuhan dengan baik sehingga dapat memberitakan Firman Tuhan
tersebut kepada orang lain, khususnya bagi mereka yang masih terhilang.
Sebagaimana Yesus telah mengajarkan kepada
murid-murid-Nya bahwa mereka harus memberitakan Injil, demikian jugalah kita
setiap orang percaya wajib untuk memberitakan Firman Damai Sejahtera itu kepada
orang lain.
Orang percaya yang tidak memberitakan Injil
berarti mereka akan kehilangan kuasa perlindungan atas mereka. Bahkan kita
dituntut dengan kerelaan memberitakan Injil. Karena dengan demikianlah kita
bisa memperoleh senjata yang disebut kasut (sepatu) yang melindungi kaki kita
kemana pun kita pergi.
Kerelaan kita merupakan kunci yang membuka
jalan memberitakan Injil. Jika kita bersedia, Tuhan pasti turut bekerja di
dalam kita hingga kita mencapai tujuan-Nya. Kesediaan kita membagikan kasih
Kristus kepada mereka yang belum percaya akan membawa lebih banyak jiwa kepada
Kristus.
Kerelaan kita menceritakan karya Kristus
kepada orang lain yang belum percaya akan mengubahkan hidup banyak orang. Dengan
demikianlah kita akan berkemenangan karena kita telah mengenakan senjata
perlengkapan rohani kita yang Tuhan telah sediakan bagi mereka yang melakukan
Firman-Nya.
Senjata
Keempat:
Perisai –
Iman
Perisai merupakan alat perang yang tidak
boleh dilupan dalam peperangan. Perisailah yang melindungi kita dari serangan
musuh yang diarahkan kepada kita. Demikianlah perisai iman kita melindungi kita
dari serangan musuh kita, yaitu iblis.
Sebagai orang percaya, kita telah memiliki
iman. Tuhan telah menganugerahkan iman kepada kita ketika kita menyatakan
peraya kita kepada-Nya. Pada saat kita menyatakan percaya kepada Yesus Kristus,
Roh Kudus telah ada dalam hari kita.
Dan Roh Kuduslah yang menuntun kita untuk
bisa percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita.
Tak seorang pun yang dapat menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan jika bukan Roh
Kudus yang menuntunnya. Ketika Tuhan mengaruniakan kepada kita Roh Kudus, iman
pun turut menyertainya. Karena iman merupakan karunia Roh.
Jadi setiap orang yang menerima Yesus
Kristus, ia memiliki iman yang ikut serta bersama Roh Kudus. Itulah sebabnya
Firman Tuhan berkata, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh
Firman Kristus” (Roma 10:17).
Nats ini berkata bahwa iman timbul atau
bangkit. Berarti iman telah ada dalam hati kita. Iman itu timbul atau bangkit
bila kita memahami Firman Tuhan. Semakin besar iman yang kita miliki maka
semakin besarlah perlindungan perisai iman terhadap kita. Marilah kita membuat
perisai iman kita sebesar dan selebar mungkin sehingga kita aman dalam
perlindungannya atas serangan musuh.
Kalah atau menang merupakan pilihan bagi
kita. Jika kita memilih mendengarkan Firman Tuhan yang memperbesar perisai iman
kita maka kita pun pasti berkemenangan.
Setiap orang percaya berhak dan berkesempatan
untuk berkemenangan asal kita beriman kepada Yesus Kristus. Yesus sendirilah
iman kita. Hanya karena Dialah kita berkenan kepada Allah.
Tanpa Yesus Kristus manusia tidak berkenan
kepada Allah. Jadi tidak ada cara lain,
kecuali dengan iman. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada
Allah. Sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah
ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari
Dia” (Ibrani 11:6).
Perisai iman tidak untuk disembunyikan,
tetapi ditempatkan di depan di hadapan musuh. Marilah kita memperliahatkan iman
kita dalam sikap tindak perbnuatan kita dalam pperangan hidup kita setiap hari.
Tanpa iman, artinya tanpa Yesus berarti orang akan mengalami kekalahan dalam
hidupnya.
Demikianlah kita
memperoleh kemenangan dalam peperangan hidup kita, Allah begitu mementingkan
iman kita. Allah mendesak agar kita memiliki iman, bahkan iman yang timbul
hingga cukup menjadi perisai bagi kita dan membuat kita berkenan kepada-Nya.
Imanlah yang memberi setiap orang kesempatan
untuk memperoleh kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya yang nyata melalui
karya-Nya sejak dunia diciptakan. Hanya dengan beriman kepada Yesus Kristuslah
kita akan dapat berkemenangan dalam
hidup kita. Dialah iman kita. Dialah perisai hidup kita.
Senjata
Kelima dan Keenam:
Ketopong
Keselamatan – Firman Tuhan
Ketopong adalah alat perang yang terbuat dari
baja (helmet) utuk melindungi kepala para prajurid yang maju ke medan perang. Dengan
memakai ketopong para prajurid akan terlindungi kepalanya dari serangan musuh.
Dengan ketopong tersebut mereka akan terselamatkan hidupnya.
Rasul Paulus
menggambarkan prajurid Kristus menggunakan ketopong keselamatan. Dengan Firman
Tuhan prajurid Kristus terselamatkan. Memang Firman Tuhanlah yang menajdi
keselamatan bagi kita sebagai prajurid Kristus.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Hal itu hanya
bisa terjadi bagi orang percaya. Bagi orang yang tidak percaya hal itu akan
menjadi kebodohan. Seperti dinyatakan dalam 1 Korintus 3:14: “Tetapi manusia
duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya
adalah kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat
dinilai secara rohani.” Hanya dengan Roh Kuduslah kita dapat memahami Firman
Tuhan dan melihat hadirat Tuhan dalam hidup kita.
Oleh karena itu, setiap orang percaya
haruslah meneliti dan mempelajari Firman Tuhan hingga mereka memahaminya.
Dengan demikianlah mereka akan bisa menggunakannya sebagai senjata rohani
mereka, sebagai ketopong keselamatan dan pedang Roh.
Bila kita telah meneliti dan mempelajari
Firman Tuhan maka kita harus percaya bahwa Firman Tuhan adalah Tuhan sendiri.
Hal ini dinyatakan dalam Injil Yohanes 1:1: “Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Kita tidak bisa
puas dan berhenti sampai disini. Kita pun harus percaya bahwa Firman itu telah
menjadi manusia di dalam Yesus Kristus, seperti dinyatakan dalam Yohanes 1:14:
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”
Di dalam Yesus Kristus kita dibenarkan, dan
memperoleh keselamatan oleh penebusan-Nya. Kita telah diselamatkan oleh
kematian-Nya. Kita dibangkitkan di dalam kebangkitan-Nya. Kita berada di dalam
surga bersama-sama dengan Dia dalam kerajaan-Nya. Inilah yang dimaksudkan Rasul
Paulus dalam pernyataannya sebagai ketopong keselamatan. Yesus sendirilah yang
menjadi keselamatan kita. Dialah Juru Selamat kita, ketopong keselamatan kita.
Firman Tuhan merupakan ketopong keselamatan
dan pedang Roh bagi kita karena Firman Tuhan tersebut mengandung kuasa yang
serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkannya (Yesaya 55:11).
Firman Allah disampaikan kepada manusia untuk
melaksanakan kehendak-Nya tanpa halangan, dan harus diperhatikan oleh para
malaikat dan manusia (Mazmur 103:20; Ulangan 12:32).
Firman Tuhan tidak kembali kepada-Nya tanpa
digenapi lebih dulu (Yesaya 55:11).
Firman Tuhan dikatakan sebagai pedang Roh
kaerna memang nyata bahwa Firman Tuhan sungguh berkuasa. Allah menyatakannya
melalui Rasul Paulus, “Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari
pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa
dan Roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran
hati kita” (Ibrani 4:12).
Pewahyuan Tuhan melalui Rasul Yohanes
menegaskan bahwa Firman Tuhan yag keluar dari mulut Allah adalah pedang tajam
bermata dua, “Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari
mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajh-Nya bersinar-sinar
bagaikan matahari yang terik” (Whayu 1:16).
Marilah kita menerima Firman Allah - ketopong
keselamatan dan pedang Roh sebagai senjata perang bagi kita sehingga kita dapat
hidup berkemenangan. Amin.
Senjata
Ketujuh:
Pedang Roh
– Firman Tuhan
Pedang Roh adalah salah satu senjata perang
rohani paling dahsyat yang Tuhan karuniakan kepada kita, dan kita bisa gunakan
untuk melawan musuh. Pedang Roh yang dimaksudkan adalah firman Tuhan.
Kedahsyatan dari pada pedang Roh ini digambarkan oleh rasul Paulus: “Sebab
Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana
pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan
sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibrani
4:12).
Namanya saja pun pedang Roh. Tentu saja tidak
sekedar bermanfaat untuk tubuh dan materi tetapi dapat menyelesaiakan masalah
jiwa dan roh, bagian tubuh paling dalam bahkan di kedalaman tulug manusia
hingga hati nurani kita. sungguh luar biasa dan tidak bakal tertandingi oleh
siapa pun.
Namanya saja senjata. Percuma kita
memilikinya bila kita tidak mampu dan terampil menggunakannya. Kita perlu
memahami dan menguasai makna, manfaat, dan cara penggunaan senjata ini agar
kita bisa menggunakannya dengan benar.
Sedahsyat apa pun senjata yang kita miliki
akan menjadi percuma bila kita tidak terampil apalagi salah menggunakannya.
Allah telah memberikan kepada kita firman-Nya untuk kita gunakan sebagai
senjata untuk mengalahkan musuh. Bagaimana caranya agar kita dapat menggunakan
firman Allah menjadi senjata bagi kita?
Pertama kita harus percaya kepada firman
Allah, dan kepada Allah yang mengaruniakan firman-Nya itu kepada kita. Pemazmur
Daud berkata: “…sebab aku percaya kepada firman-Mu” (Mazmur 119:42). Dengan
hikmat Tuhan Salomo berkata: “Siapa memperhatikan firman akan mendapat
kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada TUHAN” (Amsal 16:20).
Kedua, kita harus mengerti dan memahami
firman Tuhan dengan baik. Jika perlu kita harus masuk sekolah Roh Kudus.
Berdoalah meminta kepada Allah agar kita dipenuhi Roh Kudus. Biarlah Roh Kudus
yang mengajari kita tentang pemahaman firman Tuhan. Sesungguh Tuhan telah menaruh
firman-Nya dalam hati kita. Kita hanya membutuhkan pengajaran dan penjelasan
dari Roh Kudus sehingga kita sungguh memahaminya.
Ketiga, kita harus mematuhi dan melakukan
firman Tuhan dengan taat.
Keempat, kita berdoa meminta kepada Tuhan
agar Kasih-Nya mengalir dalam diri kita sehingga kita hidup dalam kasih Tuhan. Rasul
Petrus mengatkan demikian: “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan
kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaran yang tulus
ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap
hatimu” (1 Petrus 1:22).
Percayalah kepada Allah dan kepada
firman-Nya. Yesaya mengatakan: “Firman Tuhan tidak kembali kepada-Nya tanpa
digenapi lebih dulu” (Yesaya 55:11).
Nats ini menjelaskan kepada kita bahwa firman
Tuhan tidak akan kembali kepada Tuhan sebelum melakukan apa yang disuruhkan
kepadanya. Firman Tuhan baru akan kembali kepada Allah bila kita
mengembalikannya kepada-Nya.
Bila kita berdoa denan mengucapkan firman
Tuhan dengan iman maka dia akan melakukannya bagi kita.
kembalikanlah firman Tuhan kepada-Nya dalam doa anda maka Tuhan akan
menggenapinya bagi anda.
Senjata
Kedelapan:
Berdoa Setiap
Waktu
Berdoa setiap waktu berarti brdoa dengan
tekun, atau seperti yang diungkapkan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada
jemaat Tesalonika: “Tetaplah berdoa” (1 Tesalonika 5:17).
Berdoa setiap wktu merupakan sikap yang
paling tepat mengingat hidup kita ini tidak luput dari peperangan.
Bahkan Tuhan menyuruh kita berdoa di dalam Roh. Mengapa? Karena Tuhan tahu
bahwa kita tidak bisa berdoa. Kita tidak tahu berdoa yang benar. Dalam suratnya
kepada jemaat Roma, rasul Paulus mengatakan demikian: “Demikian juga Roh
membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya
harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Roma 8:26).
Kita harus berdoa di dalam Roh karena Allah
adalah Roh. Barang siapa menyembah Dia hendaklah menyembahnya di dalam Roh dan
kebenaran. Dalam Injil Yohanes dikatakan: “Allah itu Roh dan barang siapa
menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24).
Tuhan memerintahkan kita agar berdoa setiap
waktu karena Dia ingin mengomunikasikan segala hidup dan persoalan kita
kepada-Nya. Dia ingin kia terhubung denan-Nya sebagai sumber hidup kita. Tuhan
mau agar kita berdoa (berbicara) kepada-Nya, Dia mau agar kita merespon ketukan-Nya
melalui segala kebutuhan kita.
Dia mau agar kita mau mendengarkan Dia guna
mendapatkan berbagai solusi atas semua masalah dan kesulitan yang kita hadapi.
Dia rindu berbicara, dan berkarya melalui kita. Dia mau melakukan rencana yang
telah ditetapkan-Nya sebelumnya lewat seluruh hidup kita.
Kita tidak bisa berhenti berdoa seperti kita
dalam kehidupan jasmani tidak bisa behenti bernafas. Berhenti berdoa berarti
kia berhenti hidup. Jika kita berhenti berdoa berarti kita terputus dari sang
sumber hidup kita, Yesus Kristus. Kristuslah hidup kita maka kita harus senantiasa
terhubung dengan-Nya. Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata: “…Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6). Oleh karena itu kita harus berdoa setiap
waktu agar kita tetap hidup.
Senjata Kesembilan:
Berjaga-jaga
Hingga Akhir
Berjaga-jaga hingga akhir berarti menantikan
terkabulnya doa kita. berjaga-jaga merupakan sikap orang percaya. Orang yang
berjaga-jaga hingga akhir adalah orang yang percaya bahwa doanya dikabulkan
oleh Tuhan. Kita berjaga-jaga aas jawaban doa kita karena kita tahu kepada
siapa kita meminta.
Kita menantikan jawaban doa kita karena kita
karena kita tahu bahwa Tuhan pasti memberikannya kepada kita karena dia sangat
mengasihi kita. Hal inilah keberanian kita datang kepada Tuhan untuk meminta
sesuatu dari pada-Nya dalam doa kita. “Dan inilah keberanian percaya kita
kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu
kepada-Nya menurut kehendak-Nya.
Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan
apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh
segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya” (1 Yohanes 5:14-15).
Kita menantikan jawaban atas doa kita karena
kita meminta dan rindu menerima apa yang telah Dia tetapkan bagi kita. Kita tahu
bahwa kita meminta kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Kehendak Tuhan bagi kita
adalah agar kita diberkati berkelimpahan. Agar kita berbuah banyak dengan buah
tetap.
Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata: “Bukan
kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap,
supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu”
(Yohanes 15:16). Kita harus menantikan jawaban dari Tuhan karena kita pasti
akan menerimanya. Dia atelah menetapkannya sebelumnya. Dan kita meminta
kepadanya sesuai kehendak-Nya, dalam nama-Nya.
Tuhan menyuruh kita meminta apa yang selaras dengan
kehendak-Nya. Itulah ketaatan kita kepada Tuhan karena kita meminta sesuatu
sesuai kehendak-Nya. Satu hal penting dalam doa kita adalah agar kita mencapai
apa yang Tuhan kehendaki, bukan untuk memperoleh apa yang kita mau.
Kehendak Tuhan adalah agar kita bersukacita,
bergembira. Kita bersukacita karena Dia. Pemazmur Daud berkata: “Bergembiralah
karena TUHAN, maka ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu”
(Mazmur 37:4). Mengikuti kehendak Tuhan – bersukacita karena-Nya maka kita pun
memperoleh apa yang kita inginkan.
Bersukacita berarti bersyukur. Tuhan menyuruh
kita untuk berjaga-jaga atas doa kita artinya kita boleh bersukacita, dan
bergembira karena Dia. Marilah bersyukur dan bernyanyi memuji Tuhan agar
kehendak-Nya terlaksana karena kerajaan-Nya ada dalam hidup kita.
Kehendak Tuhan akan terjadi di bumi seperti
di surga, seperti dalam Doa Bapa Kami. Di surga tidak ada kesedihan. Di surga
tidak ada kesusahan. Di surga tidak ada kemiskinan. Yang ada di surga adalah
sukacita dan damai sejahtera. Orang yang bersukacita di dalam Tuhan akan berdoa
penuh dengan ucapan syukur sambil menantikan jawaban doanya. Dalam suratnya
kepada jemaat Kolose, rasul Paulus berkata: Bertekunlah dalam doa dan dalam
pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kolose 4:2). Berjaga-jagalah
hingga akhir, dan bersukacitalah.
*****
Doa kami tulisan yang kami sajikan ini dapat dipahami,
direnungkan, dan dilakukan agar berkat-berkat yang Tuhan sediakan turun atas
saudara dan orang-orang yang kepadanya firman Tuhan ini disampaikan.
Terima kasih, saudara telah membaca tulisan tentang Bajuzirah - Keadilan yang disajikan oleh Ev. Heldin Manurung dalam
website ini. Tuhan Yesus Kristus memberkati saudara. Amin!